NATANAEL GIDEON
























Anakku ………, NATANAEL GIDEON


Lahir 3 November 2007 pada hari Sabtu pukul 17.00 ( 5 sore ). Anak ke-3 di keluargaku. Dan hari Rabu, 30 Juli 2008, pukul 3 pagi, dia pulang ke rumah Bapa di sorga.

9 bulan dalam kandungan dan 9 bulan hidup di dunia. Aku merasa itu sangat- sangat singkat. Aku kaget dan sangat terpukul dengan kepergiannya yang sangat mendadak. Pahit sekali rasanya. Belum pernah kualami kepahitan yang seperti itu. Hatiku bergelora dengan sangat. Hatiku bertanya-tanya, apakah ini tanda aku telah bersalah di hadapan Tuhan ? Aku …. aku tidak menyanggah seandainya aku dinyatakan bersalah, Tuhan lebih tahu segalanya. Sebagai orang beriman aku telah berusaha melakukan apa yang mestinya kulakukan. Pikirku aku tidak lebih jelek dari orang lain. Namun, itu hanya pikiran dan perasaanku. Aku telah terjebak untuk membenarkan diri. Bila berlanjut itu akan mengarahkanku untuk mempersalahkan Tuhan dan membenarkan diriku.
Kalau aku sering ke gereja dan berdoa, juga doa rutin tiap pagi, - ada juga orang yang mengatakan aku jemaat setia, ada yang mengatakan juga, di lingkungan kerja, aku orang yang sangat alim, mereka menjulukiku Pak Pendeta- itu bukanlah sebuah jasa yang mengikat Tuhan untuk membalasnya. Aku tidak bisa main tuntut kepada Tuhan seakan – akan Tuhan berhutang budi padaku. Melakukan dan mentaati Firman Tuhan itu sebuah pilihan dan kehormatan. Kalau aku melakukannya itu berarti aku telah mendapatkan kehormatan yang sangat besar dibanding orang lain yang tidak mendapatkan kehormatan untuk itu. Jadi apa kelebihanku dari orang lain ? Tidak ada, sama sekali, tidak ada !!
Lalu apakah karena aku bersalah maka Tuhan panggil anakku ? Kalau ya, apa harapanku di kelanjutan umurku ? Saat ini juga kalau Tuhan mengusut dosa dan kekuranganku pasti mendapatinya, aku manusia biasa.Atau di hari-hari mendatang, bisakah aku hidup tanpa dosa sementara aku tidak kebal dosa ? Kalau setiap kali dosa konsekwensinya demikian tragis, apa yang akan terjadi padaku berikutnya ? Gemetar dan lumpuh aku bila memikirkan itu.

Namun setelah kepergian anakku, baru kusadari betapa bernilainya kehadirannya di tengah keluargaku. Jauh melebihi apa yang kurasakan selama dia bersamaku. Sungguh !! Ternyata dia adalah anak yang sangat luar biasa !!!!!



Doa memohon anak
Suatu malam, hari dan tanggal aku lupa, aku berdoa kepada Tuhan. Aku memohon seorang anak lagi. Aku memohon seorang anak yang ………..sempurna !!!! Aku menatap hari-hari ke dengan penuh penantian akan hadirnya seorang anak lagi yang sesuai dengan yang kuidamkan.: sehat, sempurna fisik dan mental, setia, rohani, kreatif, dan taat kepada Tuhan dan orang tuanya. Aku mantap sekali dengan permohonanku.

Masa-masa dalam kandungan
Tuhan menjawab doaku, istriku hamil. Aku periksakan kehamilannya secara teratur. Tiap periksa kehamilan hasilnya selalu baik, tak ada yang perlu dicemaskan. Aku belikan susu. Makan istrikupun aku perhatikan. Apapun yang diinginkan istiku aku berusaha memenuhinya. Bagiku, keinginan istriku adalah keinginan anakku.
Anakku rupanya senang dielus-elus. Istriku minta dielus-elus perutnya. Ketika kulakukan itu, istriku merasa nyaman. Aku melakukannya dengan senang hati karena tentulah anakku yang memintanya. Aku ingin anakku senang dan bahagia.

Saat kelahiran
Sabtu 3 November 2007, pukul 7 pagi kubawa istriku ke rumah bersalin, Puskesmas Sluke karena ada tanda-tanda mau bersalin. Oleh bidan jaga, istriku disuruh jalan-jalan dulu.
Pukul 9 istriku masuk kamar bersalin. Aku sudah siap menyambut kelahiran anakku.
Satu jam berlalu, dua jam berlalu anakku belum juga lahir. Lewat tengah hari belum juga anakku lahir. Sampai menjelang sorepun anakku belum juga lahir. Istriku tampak kelelahan. Mulai muncul rasa cemas, khawatir, dan panik di hatiku. Namun, akhirnya, saat yang kunantikan dating juga. Dengan kekuatan dan nafas terakhir, demikian kata istriku, istriku melahirkan anakku.

Anakku lahir pada pukul lima sore. Kelahirannya sangat sulit, bidan terpaksa menarik kepala anakku agar anakku bisa keluar. Wajah anakku mirip sekali dengan wajahku. Aku mengamati betul proses kelahirannya. Tampak seperti akulah yang lahir saat itu.



Mendekati tengah malam, anakku menangis dengan sangat keras. Dia minta susu. Susu ibunya belum keluar. Aku segera mencari susu untuknya. Tidak ada toko buka. Aku bingung dari mana aku bisa mendapatkan susu untuk anakku. Aku mengetok rumah seorang ibu muda yang aku tahu punya anak yang disusui. Beberapa lama mengetok barulah dibukakan. Dengan agak gugup langsung aku minta tolong untuk mau menyusui anakku. Untunglah dia mau. Dia meneteki anakku.

Saat pertumbuhan
Dia tumbuh dengan badan yang sangat gemuk. Penimbangan terakhir saat usia 9 bulan dia berbobot 11 kilogram. Ketika lahir bobotnya 3,4 kilogram dan tinggi badan 48 centimeter. Untuk kecakapan fisik, tampak dia tertinggal dibanding anak sebayanya. Sampai akhir hidupnya, dia hanya bisa miring. Dia tidak mampu menganggkat tegak kepalanya. Kepalanya akan mudah rebah ke samping atau ke belakang. Kakinyapun tidak mampu berjejak sempurna. Namun selera makannya sangat baik.

Kesan-kesan tak terlupakan
Anakku tidak mau ikut aku. Dia hanya mau digendong ibunya. Tidurnya jarang terlelap. Ia sering terbangun, bahkan sepanjang malampun,juga siang, dia netek terus seperti tidak pernah kenyang.
Malam ketiga dan kedua sebelum kepergiannya, dia mau ikut aku. Dia kupangku dekat jendela. Angin sepoi-sepoi berhembus. Aku menyanyikan pujian kepada Tuhan. Setiap kali aku memuji Tuhan dia tampak tenang dan matanya sebentar-sebentar menatapku. Ketika aku juga memandang matanya, dia mengalihkan pandangan matanya. Di kemudian hari, aku merasa pandangan itu seperti pandangan orang yang tidak tega dan kasihan akan meninggalkan aku. Aku memuji Tuhan terus
sampai larut sampai lewat tengah malam, sampai ia tertidur lelap. Ia tidur lelap sekali, nikmat sekali tampaknya. Hal yang sangat jarang terjadi karena tidurnya jarang pulas. Biasanya kalau teteknya dilepas dia terus menangis sekalipun sudah tertidur lama. Dia tidur di pangkuanku sampai aku kecapaian. Aku khawatir kalau aku tertidur dia bisa jatuh. Kubaringkan dia di samping ibunya. Dan aku beristirahat, tidur.


Di gendongan ibunya, tiap kali ibunya membuka lemari dia selalu tertawa ketika melihat gambar Tuhan Yesus yang kupasang di pintu bagian dalam. Juga dia suka menatap gambar Tuhan Yesus di kalender. Kalau diajak beranjak dia tidak mau. Maunya memandangi Tuhan Yesus terus.

Hal-hal aneh
Sejak kapan tepatnya aku lupa, tampak hal-hal aneh pada anakku. Kepalanya panas terus dan selalu ingin “ndhengklak” ( rebah ke belakang ).

No comments: